Apa rasanya?? Bagaimana merasakannya??
Kita takut untuk merasakannya karena hitam kelam dan akan persepsi orang ttg itu. Terlalu banyak persepsi orang tentang kopi. Bagiku, segelas kopi tanpa gula itu mantap.Pahit. Hambar. Racun. Nikmat. Berbagai persepsi datang yang membuat kita semakin mengecap.
Pahit dan nikmatnya kopi bergantung dari kita sendiri. Terlalu banyak pemanis yang menjadi pengecoh dari rasa asli kopi itu sendiri. Orang mengatakan kopi itu pahit karena dia belum mendapatkan kenikmatan dari kopi itu. Orang mengatakan kopi itu manis karena dia belum jatuh ke dalam kepahitan itu.
Tak kupungkiri bahwa rasa kopi itu pahit tetapi makna dari kopi itu bukan hanya pahit tapi banyak makna dan rasa dari itu semua. Bukan hanya mengenai segelas kopi hitam tanpa gula saja tetapi sesuatu dibalik itu semua. Sesuatu yang lebih.
Temanku berkata bahwa saat dia bercemin dia selalu bertanya kepada cermin,"apakah yang terpantul cermin itu aku?" dan setiap orang akan menjawab,"ya itu elo la!". Bukan itu yang sebenarnya dia tanyakan. Dia bertanya lebih dari itu. Hanya 1 kalimat saja mempunyai banyak makna di dalamnya. Cermati baik-baik pertanyaan itu.
Saat aku benar-benar bercermin aku melihat diriku dan jiwaku. Aku percaya itu aku walaupun aku hanya melihat diriku sebatas cermin. Pertanyaan yang terus terlintas, "Apa yang telah aku lakukan? Apa ini yang aku mau? Apa ini jalan yang tepat? Apa ini diriku?" dan begitu banyak pertanyaan yang terlintas hanya karna 1 pertanyaan yaitu, "Apakah itu aku?". Bercerminlah dan tanya hal yang sama kepada cermin. Apabila kamu tau jawabannya beritau aku karena untukku, pertanyaan itu tak akan pernah ada jawabannya.
Seperti segelas kopi hitam tanpa gula. Aku tidak hanya membahas segelas kopi hitam tanpa gula. Aku ulangi sekali lagi ada sesuatu yang lebih dari 5 kata itu. Sesuatu yang mempunyai makna sangat dalam dari apa yang kita rasakan selama ini. Sesuatu yang benar-benar lebih dari banyak kata.
Aku mencium aromanya, aku memimumnya dan aku merasakannya. Tak jauh berbeda dengan sebuah cermin, apabila kita benar-benar melihat, akan begitu banyak pertanyaan dan makna. Seperti segelas kopi hitam tanpa gula yang apabila kita benar-benar merasakannya, akan banyak persepsi dan rasa yang timbul.
Bagaimana karakter dari Tuhan? begitu banyak persepsi yang orang buat mengenai Tuhan. Terlalu banyak. Sehingga persepsi itu timbul sendiri di pikiran kita menjadikan Tuhan hanya sebatas pemikiran kita. Hanya Tuhan sendiri yang tau bagaimana karakternya. Tuhan itu tetap suatu misteri terbesar bagi semua mahluk ciptaanNya. Mungkin terlalu jauh untuk membahas ttg Tuhan. Hal itu sama saja apabila kita menanyakan mengenai karakter dari seorang manusia atau seekor binatang. Setiap orang mempunyai pandangan tentang hal itu. Mungkin ada pengajaran mengenai karakter manusia dan pembahasan mengenai mahluk hidup lainnya tetapi yang perlu kita ketahui, mereka mempelajari hanya kulitnya saja tetap yang paling mengetahui karakter dari suatu mahluk/benda adalah mahluk/benda itu sendiri.
Banyak persepsi dari segelas kopi hitam tanpa gula. Persepsi setelah kita melihatnya dan persepsi setelah kita mengecapnya. Tidak ada persepsi yang salah atau benar karena itu semua hanya pembenaran dari sebuah rasa dan makna kopi itu sendiri. Dan yang tau rasa dan makna itu sendiri adalah kopi hitam tanpa gula itu sendiri.
Suatu kesederhanaan simpel yang dibuat segelas kopi hitam tanpa gula. Gula seperti pengecoh dari rasa asli kopi itu sendiri. Yang kita rasakan bukan kopi tapi gulanya. Pernahkah kita menerima kopi yang pahit itu apa adanya? Saat kita tau kopi itu pahit, kita bersumpah untuk tidak meminumnya dan mulai berpersepsi.
Setiap orang mulai berpersepsi dengan apa yang ada di dekatnya dan bahkan untuk dirinya sendiri. Suatu pembenaran untuk dirinya sendiri akan hal yang dia sukai ato dia tidak sukai. Orang berlomba-lomba untuk memberikan pemanis pada dirinya. Berlomba-lomba mencari pemanis itu hanya untuk kenikmatan lain tanpa melihat apa yang ada di dalamnya. Pemanis. Mengecoh rasa kopi hitam itu sendiri. Mengapa kita tidak mencoba menerima apa adanya rasa kopi hitam tanpa gula itu? Mungkin kita terlalu terlena dengan pemanis itu.
Segelas kopi hitam tanpa gula untukku adalah asli. Awal yang buruk tentunya saat pertama kali mencoba segelas kopi hitam tanpa gula. Kuambil gula dan mulai memasukkannya ke dalam segelas kopi itu. Bukan kenikmatan yang kudapatkan dan sungguh berbeda rasanya. Entah mengapa tetap kupesan kopi itu di hari-hari berikutnya. Telah kusiapkan diriku untuk meminum kopi pahit itu dan entah sejak kapan ada sesuatu yang alami di dalam kepahitan itu. Sesuatu berbeda yang kurasakan. Ada manis di dalam pahit itu. Ada pelajaran berharga di setiap kepahitan yang terjadi. Ada makna indah di setiap kepahitan yang ada. Pahit tetapi manis.
Segelas kopi hitam tanpa gula. Hidup adalah kopi itu dan gula adalah pengecohnya. Dibalik 2 makna kata itu ada 1 yang paling menentukan yaitu keinginan. Keinginan untuk membuat kopi itu pahit atau manis. Saat kamu merasa takut karena pahit yang orang-orang katakan, kamu mulai menambahkan gula agar kamu tidak merasakan pahit itu dan ada saatnya kamu mulai berani mengecap kepahitan dari kopi itu. Panas atau dingin kopi itu akan tetap sama rasanya.
Segelas kopi hitam tanpa gula. Hanya hitam pekat. Pahit. Apa itu benar-benar rasa kopi itu? Apa benar-benar itu rasanya? Rasakan dan nikmatilah!
Rasa pahit kopi itu tidak akan pernah hilang sampai kita tertawa karenanya, tertawa girang bahwa akhirnya kita menemukan manis di dalamnya. Manis tanpa pemanis. Murni tanpa buatan. Saat kita mulai menerima pahit kopi itu, kita akan mulai menyadari betapa manisnya pahit yang diberikan.
Apa arti segelas kopi tanpa gula untukmu? Pikirkan.
Diambil Dari:http://egathink.blogspot.com/2008/12/segelas-kopi-hitam-tanpa-gula.html
Posting Komentar